(foto; google)
Galau, sebuah kata yang akhir-akhir ini
mengetren di kalangan remaja dan kaum milenial di negeri ini. sudah tak bisa dipungkiri lagi bahwa istilah
tersebut merupakan hal yang saat ini menjadi problematika umat muslim,
khususnya di Indonesia. Pengertian galau jika ditinjau dari KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) berarti sibuk beramai-ramai atau kacau (pikiran) tidak
karuan, bisa juga diartikan dengan depresi. Mayoritas atau hampir semua remaja muslim di
Indonesia pasti pernah merasakan namanya lelah pikiran (depresi)
atau galau, meskipun setiap
orang pasti akan berbeda-beda tingkat keparahannya.
Berbagai cara dilakukan
untuk menyelesaikan masalah ataupun kegalauan yang menimpa seseorang. Sebagaian
besar (umumnya
para remaja) memanfaatkan jejaring sosial
sebagai media mempublikasikan kegalauannya. Hal yang mereka lakukan ini adalah
bukti bahwa mereka tidak mampu menerima ujian dari Allah subhanahu wa taala.
Penyikapan seseorang atas masalah yang menimpanya menunjukkan tingkat pemahaman
mereka terhadap permasalahan itu sendiri.
Allah subhanahu wa taala
adalah Rabb yang Maha Baik, maka segala sesuatu yang telah ditetapkan
oleh Allah subhanahu wa taala, esensinya adalah kebaikan. Orang yang galau tidak
mampu memahami bahwa semua yang Allah subhanahu wa taala tetapkan kepada
makhluk-Nya adalah baik. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat
baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-baqarah: 216).
A.
Penyebab Kegalauan
Penyebab utama kegalauan tak lain ialah cobaan hidup. Banyak sekali
cobaan yang di berikan Allah subhanahu wa taala dari kelaparan, kemiskinan, kegagalan dan
lain sebagainya. Sehingga kita merasa galau atau merasa sedih. Orang yang galau adalah orang yang tak mampu memahami bahwa masalah
yang menimpanya adalah ujian yang dapat meningkatkan derajatnya di sisi Allah subhanahu
wa taala. Hal ini dapat diumpamakan seperti seseorang yang akan naik kelas maka
pasti akan diuji terlebih dahulu, jika ia mampu menyelesaikan ujian itu, maka
ia akan lulus, namun jika ia gagal, maka ia akan tetap pada kelasnya. Begitupun
ujian dalam kehidupan ini, berat dan ringannya ujian disesuaikan dengan
kedudukannya di hadapan Allah subhanahu wa taala. Seseorang diuji berdasar tingkat ketaatannya kepada Allah subhanahu wa
taala. Jika ia adalah orang yang
kuat agamanya, maka kuat pula ujian baginya, maka tak heran apabila para nabi dan
rasul mendapat ujian yang sangat banyak. Bagai sebuah permisalan semakin tinggi
pohon semakin besar angin yang menerpanya.
B.
Cara Mengentaskan Kegalauan
Pertama, Sabar. Orang yang sedang galau adalah orang yang tak mampu bersabar atas ujian
Allah subhanahu wa taala. Merasa diri mereka sebagai orang yang paling menderita, mengumbar kegalauan seakan-akan lemah tak
berdaya. Padahal sesungguhnya musibah dan masalah adalah sarana untuk melatih
kesabaran. Kita tidak akan dapat bertahan dalam sebuah kebaikan kecuali dengan bersabar.
Kita tidak dapat menaati Allah subhanahu wa taala dan menjauhi kebatilan
kecuali dengan sabar. Surga adalah hadiah tertinggi bagi orang-orang yang sabar
dalam ujian.
Allah subhanahu wa taala berfirman
: “Wahai orang-orang yang
beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaran kamu.”(QS. Ali Imran: 200)
Sabar adalah
kekuatan yang hebat dalam menjalani lika-liku hidup. Rasulullah saw. bersabda tentang
perkara sabar, “Sungguh menakjubkan urusan mukmin, sesungguhnya semua
urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin.
Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersukur dan itu merupakan kebaikan
baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan
baginya.” (HR. Muslim)
Kedua, bersyukur. Orang-orang yang galau adalah orang yang belum mampu bersyukur, padahal
sesungguhnya ujian dan cobaan, susah dan senang, gagal dan sukses semua adalah
nikmat yang patut kita syukuri. Nikmat karena sungguh terdapat hikmah bagi
orang-orang yang berpikir. Kesenangan, kesuksesan dan kenikmatan mengajarkan kita bagaimana
bersyukur dan lebih memacu dalam berbuat kebaikan, sehingga Allah subhanahu wa
taala pun menambahkan nikmat-Nya lebih banyak lagi. Sedangkan ujian, cobaan,
kesusahan dan kegagalan akan membuat kita lebih berhati-hati dan merupakan
sebuah peringatan dari Allah subhanahu wa taala agar tidak larut dalam
kemaksiatan.“Dan ingatlah
ketika Tuhanmu memaklumkan: Jika kamu bersyukur niscaya Kami akan menambah
(nikmat Kami) dan jika kalian mengkufurinya sungguh azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Ketiga, berdoa. Dalam kesusahan dan kesedihan
yang melanda kita semua, seharusnya kita tidak menuangkan permasalahan yang
kita hadapi di media sosial. Karena hal tersebut tidak akan memberi jalan
keluar ketika kita mengadukan berbagai persoalan hidup. Beda halnya jika kita
menuangkan keresahan jiwa itu dalam berdoa, pasti Allah subhanahu wa taala akan memberi
jalan terbaik untuk kesusahan dan kesedihan yang kita alami. Seperti dalam QS.
Al-Mu’min: 60 “Tuhanmu berfirman, berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan
perkenankan doamu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah (berdoa)-Ku mereka akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”(QS. Al-Mu’min: 60).
Keempat, Berteguh hati dan pikiran. Flash-back terkait makna galau jika dipahami dengan keresahan hati, maka
kita sebagai umat Islam harus memiliki keteguhan hati dan pikiran bahwa Allah subhanahu wa taala telah
mengatur alam semesta ini. Jadi, tidak ada lagi kebimbangan mau jadi apa dan ke mana masa depan kita, yang terpenting ialah
lakukan apa yang terbaik yang dapat dilakukan. Berikut Allah subhanahu wa taala berfirman: dan katakanlah:
"Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang
mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan.(QS. At-Taubah : 105).
Kelima, banyak mengingat Allah subhanahu wa taala. Hal ini telah disinyalir oleh Allah subhanahu wa taala di dalam Alquran “Yaitu orang
orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah,
hanya dengan mengingat Allah maka hati menjadi tenteram (Ar-Ra’d : 28). Maka ketika kegalauan menimpa diri seseorang, hendaknya
ia banyak-banyak mengingat Allah subhanahu wa taala.
C.
Penutup
Galau atau bahasa
asingnya hubbub/confusion ini bukanlah suatu masalah besar dalam hidup,
karena setiap masalah yang lahir, pasti Allah subhanahu wa taala selalu memberikan jalan keluar untuk menghadapinya. Hanya saja terkadang
seorang mukmin kurang memerhatikan makna dari kegalauan itu sendiri diberikan
oleh Allah kepadanya, seperti singkatan GALAU (God Always Listening And
Understanding), Allah akan selalu mendengar kita, dan selalu mengerti akan
persoalan yang kita hadapi.
Komentar