Tiada henti-hentinya umat Islam diserang
dengan berbagai tudingan tentang suatu ajaran yang berbau kesesatan. Jika kita
perhatikan di dalam
permasalahan ini, Islam selalu menjadi agama yang mendominasi setiap adanya aliran
sesat yang muncul di permukaan bumi ini. Bahkan tidak jarang kita mendengar
setiap munculnya aliran sesat yang baru, pemeluk dan pengikutnya adalah orang
Islam itu sendiri.
Begitu juga jika kita menyaksikan di berbagai
media, banyak orang Islam yang murtad dikarenakan mereka terpengaruh oleh
beberapa aliran sesat yang menjanjikan surga bagi siapa saja yang mau memeluk
aliran baru yang mereka buat. Bahkan tidak sedikit kita temui umat Islam yang
menjual agama dan akidahnya hanya karena beberapa lembar uang dan sembako.
Hal ini terjadi dikarenakan
kedangkalan iman seseorang dalam mengetahui dan memeluk agama Islam, juga
karena mereka ingin menjalankan agama itu secara mudah dan tidak berdasarkan
tuntutan syariat. Sebagai contoh, banyak aliran sesat yang tidak mewajibkan
salat lima waktu, tidak mewajibkan puasa, salat cukup dengan mengingat di dalam
hati, bahkan ada aliran sesat yang mengajarkan bacaan di dalam salat cukup
dengan bersiul saja. Sungguh sangat menyedihkan problematik umat Islam saat sekarang
ini.
Seperti halnya aliran Ahmadiyah
Qadiyan. Pemimpin aliran ini adalah Mirza Ghulam Ahmad. Mirza mengatakan bahwa
dirinya menerima wahyu dari Tuhan melalui perantaraan Jibril. Mirza juga menyatakan dirinya sebagai Nabi dan
Rasul. Mirza pernah membuat suatu pernyaataan bahwa dirinya akan meninggal pada
usia 80 tahun, namun ternyata dia meninggal ketika masih berusia 70 tahun. Maka
jelaslah dikatakan Mirza Ghulam Ahmad adalah pembohong besar. Ini sangat
bertentangan dengan sifat Rasul yang sidkun (benar). Namun yang paling
mengherankan dari semua itu adalah, kenapa masih banyak pengikut yang masih
berpegang teguh dengan ajaran sesat ini. Na’uzu billah min dzalik.
Kemunculan Mirza Ghulam Ahmad yang
mengaku sebagai Nabi ini, bukanlah sebuah berita yang baru bagi umat Islam.
Jauh sebelum ini terjadi, Rasulullah telah memberikan peringatan akan datangnya
para Dajal Pendusta (Dajjalun Kadzdzabun) yang mengaku sebagai Rasul
Allah. Dalam sebuah hadis Sahih, Rasulullah bersabda: “Tidak akan terjadi
hari kiamat sebelum dimunculkan para Dajjal sang Pendusta, yang jumlahnya
hampir tiga puluhan, masing-masing mengaku bahwa dirinya adalah Rasulullah.”
(HR. Muslim dari Abu Hurairah ra).
Majelis ulama Indonesia Pusat dengan
diadakannya Munas II pada tanggal 26 Mei 1980 di Jakarta, mengeluarkan fatwa
bahwa ajaran (jama’at) Ahmadiyah Qadiyan ini adalah aliran yang sesat
lagi menyesatkan.
Begitu juga dengan Aliran
Pluralisme, Sekularisme dan Liberalisme. Sekularisme dan Liberalisme yang
mencoba ingin menjauhkan umat Islam dari ajaran agama dengan memaksakan paham
materialistik yang sudah jelas penyimpangannya. Pluralisme mengajarkan tentang
kesetaraan semua agama. Semua agama menurut paham Pluralisme adalah sama, dan
semua penganutnya masuk ke dalam surga tanpa terkecuali. Sekularisme ialah
suatu paham yang mengajarkan tentang pemisahan agama dengan dunia. Maksudnya,
urusan agama jangan dicampuradukkan dengan urusan-urusan dunia, atau dengan
kata lain, urusan-urusan agama cukup hanya di dalam rumah saja.
Sedangkan Liberalisme, mengajarkan
paham pemikiran bebas untuk memahami suatu nas Alquran dan Hadis. Prof. Dr.
Wahbah Az-Zuhaili (salah satu ulama Internasional dari Damaskus Syiria),
mengatakan bahwa ketiga pemahaman (ajaran) ini adalah sesat lagi menyesatkan
yang harus diwaspadai oleh umat Islam.
Menurut Prof. Dr. H. Ramli Abdul
Wahid, Lc., MA, ada
beberapa faktor kenapa seseorang itu bisa menjadi sesat. Faktor pertama adalah stres. Misalnya ada
seseorang yang sedang mendapat musibah atau mengalami gangguan jiwa yang berat,
sehingga ia mencoba untuk menggali
pikiran-pikiran yang menerawang. Ia mencoba melakukan salat tahajud habis-habisan,
sedangkan pengetahuannya tentang agama sangatlah sedikit. Tiba-tiba datang
bisikan-bisikan jin yang mengaku sebagai Jibril yang menyampaikan
bermacam-macam pesan yang memberikan harapan.
Faktor yang kedua ialah intervensi
bangsa lain yang kemungkinan besar mencoba untuk menggabungkan ajaran agama dan
berusaha untuk memecah belah umat Islam. Sedangkan faktor yang ketiga ialah kebodohan.
Banyaknya umat Islam yang bodoh tentang pengetahuan agama, tetapi tidak mau
belajar. Maka ketika ajaran yang menyimpang itu datang dengan beberapa tawaran
yang meyakinkan, maka dengan mudah pulalah orang tersebut masuk ke dalam
perangkap ajaran-ajaran sesat itu, tanpa memikirkan baik dan buruknya.
Belum lagi aliran sesat yang pernah
digagas oleh salah seorang wanita yang berusia sekitar 60 tahun yang mengaku
sebagai muslimah liberal, ia menjadi khatib dan sekaligus imam pada salat Jumat
beberapa tahun lalu di Oxford, salah satu kota di Negara Inggris. Wanita itu
bernama Raheel Reza. Ketika wanita ini dipertanyakan terhadap apa yang telah
dilakukannya, dia mengatakan bahwa perlunya perempuan itu menjadi imam salat
sebagai wujud kesetaraan gender.
Allah menerangkan di dalam Alquran:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki), atas sebagian yang lain (perempuan).
(QS. An-Nisa : 34). Jadi, jelaslah bahwa yang memimpin para perempuan itu
adalah para laki-laki, bukan sebaliknya seperti yang dilakukan oleh Raheel Reza
tersebut.
Termuat di dalam situs The
Independent, wanita ini mengatakan bahwa tidak ada suatu nas Alquran pun
yang melarang perempuan menjadi imam bagi laki-laki. Begitu juga tidak ada nas
Alquran yang melarang perempuan sebagai khatib pada hari Jumat. Namun, mesti
kita ketahui bahwa tidak ada pula nas ataupun dalil di dalam Alquran yang
khusus membolehkan perempuan untuk menjadi imam bagi kaum laki-laki, apalagi
untuk menjadi imam dan khatib pada hari Jumat.
“Prinsip dasar suatu ibadah
adalah tidak boleh dikerjakan kecuali ada dalil yang membolehkannya.” Jadi,
dapat disimpulkan bahwa menjadikan seorang perempuan menjadi seorang imam bagi
makmum laki-laki apalagi pada saat salat Jumat itu dilarang. Karena tidak
didapati nas Alquran dan Hadis yang membolehkan atau memerintahkannya.
Sebenarnya peristiwa ini pernah
terjadi sebelumnya pada tahun 2005 yang lalu. Seorang wanita yang bernama Amina
Wadud memimpin salat Jumat dengan makmum perempuan. Kemudian sekitar tahun 2008
wanita ini kembali lagi mengimami salat Jumat, tetapi kali ini jamaahnya bukan
hanya perempuan, tetapi juga bercampur dengan laki-laki. Dari beberapa
informasi yang ditemukan, bahwa yang mengundang kedua wanita ini adalah Dr. Taj
Hargey, salah satu Muslim asal Afrika Selatan yang bertugas sebagai Direktur
Pendidikan Muslim di Oxford University London dan juga sebagai aktivis Islam
Liberal di Inggris.
Lagi-lagi Majelis Ulama Indonesia
bertindak dalam hal ini. Dengan mengharamkan wanita sebagai seorang imam salat
Jumat atau dengan makmum laki-laki. Sebagaimana yang tertera di dalam Fatwa No.
9/Munas 7/13/2005, diikuti pula dengan keluarnya fatwa tentang haramnya
pemikiran Liberalisme, Sekularisme dan Pluralisme.
Mudah-mudahan umat Islam sekarang
ini bisa mempertebal keimanannya, agar tidak mudah terpengaruh oleh
pelopor-pelopor ajaran sesat tersebut. Ada sebuah ungkapan mengatakan bahwa ”Iman mengantarkan seseorang kepada amal, sedangkan ilmu mengantarkan
seseorang pada kebenaran. Iman yang banyak membuat seseorang beramal banyak,
tetapi belum tentu benar. Sedangkan ilmu yang banyak, mengantarkan seseorang
kepada kebenaran, namun belum tentu beramal. Maka tidak jarang kita perhatikan
ada orang yang selalu beramal, tetapi amalannya salah karena ketiadaan ilmu”. Maka dari ungkapan tersebut, kita bisa menilai mana yang baik dan mana
yang buruk.
Komentar