(foto; google)
Sekarang ini, banyak umat Islam tidak lagi mengamalkan ajaran Islam
dalam kehidupannya. Mereka hanya mengakui Islam itu sebagai ajaran agama
semata, tapi tak mau melaksanakan ajaran-ajaran dan aturannya. Jika mereka
ditanya tentang hal ini, jawaban yang spontan pun mereka lontarkan “I am a
Moslem, but not on
regulation” aku
adalah orang Islam, tapi tidak mau dengan aturan.
Segala sesuatu pasti ada aturannya.
Jika tidak maka akan rancu dan hancur. Begitu juga dengan agama, segala
sesuatunya harus diatur dan ada yang mengaturnya. Sedang aturan agama Islam
telah diatur oleh Allah dan Rasul-Nya. Tapi sekarang, aturan itu diabaikan
sehingga banyaklah kita saksikan di bumi ini kerancuan dan kerusakan yang
terjadi. Tetapi yang paling aneh ialah yang membuat kerusakan itu ternyata orang-orang
yang memiliki agama, orang-orang yang memiliki aturan dalam hidupnya.
Korupsi tidak lagi dianggap tabu di
tengah-tengah masyarakat, ini adalah sebuah perusakan dan pemiskinan negara.
Tidakkah umat ini pernah merenungi firman Allah yang berbunyi: “Dan
janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah :
188).
Coba kita renungkan, kenapa negara
ini tidak pernah maju? Kenapa negara ini semakin lama semakin terpuruk? Keluhan di sana-sini, belum
selesai masalah yang satu, sudah datang masalah yang lain. Aceh dengan
tsunaminya, Nias dan Sumbar dengan
gempanya, Sumatera Utara dan Jawa Timur dengan gunung meletusnya, lain lagi
pelecehan seksual sudah merambah di Indonesia. Maka jawaban yang paling tepat
adalah tanya diri kita masing-masing. Sudahkan kita melaksanakan aturan yang
telah ditetapkan oleh agama?
Muhammad Abduh seorang pembaharu
Islam jebolan Al-Azhar Cairo mengatakan, “Al-islamu mahjubun bil muslimin.” Islam
itu bobrok karena ulah umatnya sendiri, sehingga citra Islam itu sendiri ditertawakan
oleh orang-orang nonmuslim. Sudah
tidak asing lagi di telinga kita masalah pelecehan seksual, pedofilia yang
seolah menjamur di negara ini, peruntuhan masjid, seorang guru yang menyodomi
muridnya dan masih banyak lagi kasus-kasus lain yang dapat menggetarkan jiwa,
bukankah semua ini adalah perbuatan yang tidak memiliki aturan, padahal negara
yang mayoritasnya beragama Islam ini sangat menjunjung tinggi aturan, tapi
kenapa malah mereka yang mempermainkan peraturan tersebut.
Hukum tidak lagi berputar pada
porosnya, manusia telah membeli
peraturan dengan uang-uang kertasnya. Sehingga yang kaya menjadi semakin kaya
dan menjadi orang yang paling berkuasa, walaupun mereka berada di jalur yang
salah. Sedangkan yang miskin akan tetap terpuruk di dalam kemiskinan, meskipun
mereka berada di jalur kebenaran. Mengutip perkataan Prof. Ramli Abdul Wahid, “Kita
ini hidup di tengah-tengah kepalsuan belaka, sepertinya tidak ada lagi orang
yang bisa kita percaya di dunia ini.”
Islam hari ini hanya berfungsi
sebagai simbol. Simbol yang membuat seseorang seolah-olah menjadi sangat mulia,
simbol yang digunakan sebagai alat politik, bahkan tidak sedikit orang yang
berangkat ke tanah suci hanya untuk mendapatkan gelar haji, semata-mata hanya
untuk alat politik yang ditempelkan di depan namanya. Islam hanya sebagai
sarana yang menghantarkan kepada tindakan nyeleneh, sarana yang menghantarkan
kepada uang banyak dengan cara menghisap tetesan keringat orang-orang miskin.
Itukah Islam yang penuh aturan?
Ketika surat kabar dan media sosial menginformasikan sebuah berita, orang-orang
langsung percaya dan yakin tentang kebenaran isinya. Tetapi apabila Alquran
yang memberikan informasi, orang-orang malah mempertanyakan kebenarannya,
seolah Alquran bukan lagi pedoman hidup. Alquran hanya sebuah simbol dan
perhiasan di rumah-rumah yang selalu di letakkan di tempat-tempat yang tinggi,
katanya sebagai penghormatan, tetapi tidak pernah dibaca dan diamalkan
ajarannya.
Membaca koran sudah menjadi
kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan, jutaan orang sengaja berlangganan koran
untuk dibaca, katanya agar tidak ketinggalan informasi. Tapi berapa banyakkah
orang yang membaca Alquran setiap hari untuk diamalkan, padahal semua informasi
penting ada di dalam Alquran. Semuanya hanya sebuah simbol.
Masjid dibangun sebanyak-banyaknya,
bahkan sengaja menampung kotak infak di jalanan untuk sumbangan membangun masjid.
Tetapi kita tidak pernah membangun keimanan untuk memasukinya, akhirnya masjid yang megah dan indah itupun kosong seperti
kuburan. Meskinya kita sebagai umat Islam malu melakukan hal itu, coba kita
berkaca pada agama-agama lain, mereka tidak pernah meminta sumbangan untuk
mendirikan rumah ibadah mereka, tetapi donatur pemeluk agama itu sendiri yang
berbondong-bondong memberikan hartanya, karena mereka sendiri malu jika rumah
ibadah harus dibangun dengan cara meminta-minta.
Beginilah mental umat Islam sekarang
ini, ketika senang tidak mau bersukur, ketika susah Tuhan yang disalahkan. Ya
Allah, kenapa aku begini? Kenapa nasibku begini? dan lain sebagainya. Jangan tanyakan Tuhanmu,
tapi tanyakan pada dirimu, sudakah kamu menjalankan apa yang diperintahkan-Nya?
Sudahkah kamu menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya?
Fenomena-fenomena di atas hanya akan
membuat kita malu dan sadar bahwa kita hanya sekedar menumpang di bumi ini.
Sebentar, seumpama hitungan azan dan ikamah.
Ketika lahir kita diazankan, ketika meninggal kita diikamahkan. Kematianpun sebenarnya sangat dekat,
bahkan lebih dengan jaraknya antara tulang dengan daging. Apa yang telah kita persiapkan
untuk dibawa menuju perjalanan akhirat guna menangkis tongkat-tongkat malaikat
yang siap meremukkan tulang-tulang kita nantinya di alam kubur?
Oleh karena itu, janganlah pernah
bertanya-tanya kenapa di sana-sini terjadi bencana, karena kitalah penyebab
semua itu terjadi dan itu sudah menjadi konsekuensi yang telah Allah tetapkan
di dalam Alquran. “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersukur, pasti kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7).
Terlalu murah keimanan umat ini,
bagaimana Islam bisa dihormati, bagaimana Islam bisa dihargai, sedangkan umat
Islam itu sendiri tidak pernah menghargai dan menghormati agamanya. Padahal
Islam adalah agama yang tinggi, “al-Islamu ya’lu wa la yu’la ‘alaih”. Tapi
sekarang citra itu hancur seiring hancurnya keimanan umat ini.
Untuk itu semua, kita perlu kembali
mengamalkan ajaran Islam secara utuh di dalam seluruh aspek kehidupan. Kembali
mengamalkan rukun Islam yang lima dan seluruh ajaran Islam lainnya. Agar doa-doa
kita bisa diterima oleh Allah subhanahu wa taala. Karena doa orang yang memakan makanan yang
haram dan memakai pakaian yang haram akan mendindingi dari terkabulnya doa
seorang hamba. Seperti keadaan orang yang diceritakan oleh Rasulullah yang
sedang menempuh perjalanan jauh, berambut kusut penuh dengan debu, kemudian dia
menadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa “Wahai Tuhanku, wahai
Tuhanku,” padahal makanannya didapat dari yang haram, minumannya diperoleh
dari yang haram, pakaiannya pun didapat dari yang haram, maka bagaimana doanya
akan dikabulkan?
Wahai umat Islam, ketahuilah jika
bukan karena ada lagi orang-orang yang bangun di tengah malam untuk bersujud menghambakan
diri kepada Allah, niscaya sudah diluluhlantakkan Allah bumi yang kita huni
ini. Ketahuilah, tidak ada dosa sebesar biji jarrahpun yang terlepas
dari perhitungan Allah, semuanya pasti akan dipertanggungjawabkan.
Marilah kita kembali kepada ajaran
Allah dan Rasul-Nya. Sehingga tidak kita dengar lagi adanya hal-hal yang dapat
membuat hati kita sakit oleh karena ulah umat Islam. Hidup ini hanya tinggal
menunggu kematian, kapan giliran kita dipanggil oleh Allah, kita tidak pernah
mengetahuinya. Maka persiapkanlah dari sekarang bekal perjalanan menuju akhirat
kelak. Agar kita beramai-ramai memasuki surga yang dijanjikan oleh Allah pada
umat Islam.
Mari kita aplikasikan iman dan amal
saleh diseluruh aspek kehidupan ini. Karena Allah subhanahu wa taala tidak
pernah ingkar akan janjinya.”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena
keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh
dengan kenikmatan.” (QS. Yunus : 98). Fa’tabiru ya ulil abshar.
Komentar