BERBENAH DALAM LITERASI: PENGEMBANGAN BATAM MENUJU INVESTASI REVOLUSI INDUSTRI 4.0


            Badan Pengusaha Kawasan Perdagangan Bebas Batam (BP Batam) mengantongi komitmen Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US900 juta atau setara dengan Rp12,7 triliun pada 2020 mendatang. (CNN Indonesia, Rabu, 19/06/2019. 17:43).

            18 Desember mendatang Batam berusia 188 tahun. Kota yang berada di jalur pelayaran internasional ini ternyata memiliki usia lebih dari satu abad. Kilas balik ketika dibangun oleh Otorita Batam (sekarang BP Batam) pada tahun 1970-an, hanya sekitar 600 penduduk, menjulang tinggi hingga berkali-kali kali lipat hanya dengan rentang waktu 40 tahun. Sekarang, kota yang berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia ini menjadi sektor Penanaman Modal Asing (PMA) yang diperhitungkan di Indonesia.

            Berbicara masalah investasi, potensi kota Batam menjadi sorotan di Indonesia. Sebab, julukan kota ini saja adalah Kota Industri, maka tak heran jika Batam menjadi salah satu kota Penanaman Modal Asing di Indonesia, khususnya Kepulauan Riau. Tak tanggung-tanggung, seperti informasi di atas, Penanaman Modal Asing mencapai angka 12,7 juta triliun dikantongi kota Batam pada tahun 2020 mendatang.

            Menjadi salah satu kota kawasan investasi tidak mudah, ada banyak hal yang perlu diperhatikan, baik dari sarana prasarana wilayah, maupun tingkat kemampuan literasi masyarakat itu sendiri. Bicara masalah literasi, Indonesia menjadi salah satu negara dengan literasi terendah dari beberapa survei yang dilakukan. Salah satu contohnya adalah PISA (Programme for International Student Assessment). PISA menyebutkan bahwa, budaya literasi masyarakat Indonesia pada 2012 menjadi terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia. Negara kita, Indonesia menempati urutan ke 64 dari 65 negara tersebut, jelas hal ini menjadi PR bagi kita semua.

            Setidaknya ada 6 (enam) jenis literasi dasar yang harus dikuasai sesorang atau lebih luasnya lagi sebuah negara, yaitu; (1) literasi baca-tulis, (2) literasi numerasi, (3) literasi sains, (4) literasi finansial, (5) literasi sains digital, dan (6) literasi budaya dan kewargaan. Kalau keenam literasi literasi ini mau dikerucutkan lagi, maka literasi baca-tulis menjadi literasi yang paling utama. Pertanyaannya adalah bagaimana cara mengembangkan suatu kota (khsusunya kota Batam) untuk menjadi kawasan investasi, jika penduduk Batam sendiri tidak melek literasi? Terlebih, kita berada pada zaman revolusi industri 4.0. Lalu, apakah revolusi industri 4.0 juga berpengaruh terhadap pengembangan Batam sebagai kawasan investasi?

            Pada dasarnya revolusi industri itu sendiri bermakna “pengganti”. Artinya, jika dulunya segala sesuatu dikerjakan dengan tenaga manusia, sekarang sudah diambil alih atau digantikan oleh teknologi. Artinya, jika ingin menjadi salah satu kawasan investasi yang diperhitungkan di dunia, maka seyogiyanya sumber daya manusianya sendiri harus menguasai teknologi. Jika tidak, sebagus apapun potensi dari wilayah tersebut untuk menjadi kawasan investasi, maka tidak akan ada yang mau menginvestasikan kekayaannya untuk dikelola. Sebab, sudah pasti akan mempersulit investor untuk mengakses segala informasi dan lain sebagainya.

            Batam, memiliki potensi besar menjadi kawasan investasi, tidak hanya dilihat dari letak wilayah yang strategis, tetapi juga penduduknya yang literat. Sebab penduduk yang literat akan menghasilkan wilayah atau kota Batam yang literat pula. Dengan begitu, pengembangan Batam sebagai kawasan investasi harus dimulai dari melek literasi, baik itu di kalangan internal (pemerintahan) maupun eksternal (masyarakat luas). Bagaimana mungkin kemajuan di negara kita bisa berkembang dan maju, jika masyarakatnya malas membaca, tapi sering berkomentar.

            Masyarakat yang literat pasti bersinergi dengan kemajuan zaman. Sebab Indonesia diprediksi mengalami bonus demografi pada tahun 2014. Artinya, semakin banyak sumber daya manusia yang mampu membawa kota Batam ke arah persaingan dunia, terutama dalam memajukan Batam sebagai kawasan investasi.

            Oleh karena itu, dalam mengoptimalkan potensi Batam sebagai kawasan investasi, pemerintah perlu menggalakkan literasi di dalam seluruh lini pemerintahan dan masyarakat. Karena, masyarakat yang melek akan literasi akan menghasilkan sumber daya manusia yang optimal dan mampu bersaing dalam kancah internasional, terutama dalam memajukan kota Batam sebagai kawasan investasi. Terlebih, kehadiran revolusi industri 4.0 akan menggerus peradaban lama dan orang-orang yang tidak mau berkembang dan maju.


 

           


Komentar