Akibat dari Kesombongan (Penulis: Al Hilal Siagian-gambar Michelle Tan dan Michelle)

 


Pada zaman dahulu, hiduplah seekor ular sawah yang sangat berbisa. Mereka memanggilnya dengan nama Pitoni. Pitoni merupakan ular yang disegani di kalangan para ular, karena Pitoni memiliki bisa beracun yang sangat mematikan, sehingga seluruh ular memanggil Pitoni dengan sebutan “Raja Ular”.

Sayangnya, Pitoni adalah ular yang sangat lalim dan sombong. Sering kali ia memerintah para ular untuk mengambilkan ia makanan, jika tidak mau, maka Pitoni akan menggigit ular yang melawan tersebut dan menyiksanya. Begitulah setiap hari perlakuan Pitoni terhadap para ular, bahkan ia tak segan-segan untuk menghukum  mereka.

Suatu ketika Pitoni diserang penyakit, seluruh badan Pitoni gatal-gatal. Selain sombong, Pitoni juga jarang mandi, sehinga penyakit gampang hinggap di tubuhnya. Pitoni pun mengumpulkan para ular untuk dapat membantunya.

“Siapa saja yang dapat menyembuhkan penyakitku, maka aku akan menjadikan ia sebagai pengawalku.” Ucap Pitoni pada sekumpulan ular tersebut. Setelah itu, para ularpun berpencar untuk mencari obat agar dapat menjadi pengawal Pitoni.

Seminggu sudah para ular mencari dan mencoba untuk menyembuhkan Pitoni, namun sayang, tak satupun dari mereka dapat menyembuhkan Pitoni. Alhasil, Pitoni pun dirundung duka, ia semakin kejam menyiksa dan menghukum para ular yang tidak berhasil menyembuhkannya.

“Raja, bolehkah aku mencoba menyembuhkanmu?” Terdengar suara dari kerumunan para ular.

“Siapa kau?” Ucap Pitoni bertanya.

“Aku adalah Sancana, aku dapat menyembuhkan penyakit Raja hanya dalam satu jam.” Pitoni pun merasa girang karena sakitnya akan sembuh.

“Boleh, silakan. Namun jika kau tidak berhasil, maka aku akan menghukummu.” Gertak Pitoni pada Sancana.

“Tapi Raja, ada syaratnya, Raja harus menuruti segala perintahku agar Raja bisa sembuh dengan cepat.” Karena badan Pitoni semakin gatal, akhirnya Pitoni menyanggupi syarat itu.

Keesokan harinya semua ular telah berkumpul untuk menyaksikan Sancana menyembuhkan Pitoni dari sakitnya. Sebagian ada yang merasa iba dengan nasib Sancana jika tak berhasil menyembuhkan Pitoni.

“Raja, tadi malam aku sudah membacakan mantra di telaga ini, maka masuklah Raja ke dalam telaga ini agar gatal-gatal yang ada di tubuh Raja akan segera hilang.” Tanpa basa-basi, Pitoni segera berenang menyusuri telaga itu.

Ketika Pitoni sedang asyik berenang, Sancana diam-diam mengambil mahkota Pitoni dan membawanya lari. Pitoni tidak menyadarinya karena sedang asyik berendam di dalam telaga. Pitoni tidak merasakan gatal-gatal lagi karena sesunggnya gatal-gatal itu berasal dari kuman-kuman yang menempel di tubuhnya karena Pitoni jarang mandi.

“Wahai teman-teman sekalian, mari kita ambil bisa beracun yang ada di mahkota ini, agar kita tidak lagi dizalimi oleh Pitoni.” Sancana mengawali mengambil bisa beracun itu, dan menyusul seluruh ular mengambil bisa beracun di mahkota Pitoni. Sampai akhirnya, bisa beracun yang ada di mahkota itu pun habis semuanya. Seketika itu Pitoni sadar dan menyesali perbuatannya, sungguh ia telah ditipu oleh Sancana. Pitoni pun tidak lagi sombong, karena ia tidak memiliki bisa beracun lagi, ia pun pergi meninggalkan para ular karena merasa malu.

Ketika semua ular sudah pergi, nampak seekor ulat bulu berguling-guling di atas bekas bisa yang ada di mahkota Pitoni tadi, dia adalah Bulurupa. Karena jalannya lamban, maka ulat bulu itu hanya mendapat sisa-sisa bisa yang menempel di bulu-bulunya.

Begitulah akhir dari sebuah kesombongan dan kezaliman Pitoni, karena sifat itu membuat Pitoni menjadi rugi dan dibenci oleh teman-temannya.

Komentar