Pada zaman dahulu, hiduplah
seekor ular sawah yang sangat berbisa. Mereka memanggilnya dengan nama Pitoni.
Pitoni merupakan ular yang disegani di kalangan para ular, karena Pitoni
memiliki bisa beracun yang sangat mematikan, sehingga seluruh ular
memanggil Pitoni dengan sebutan “Raja Ular”.
Sayangnya,
Pitoni adalah ular yang sangat lalim dan sombong. Sering kali ia memerintah
para ular untuk mengambilkan ia makanan, jika tidak mau, maka Pitoni akan
menggigit ular yang melawan tersebut dan
menyiksanya. Begitulah setiap hari perlakuan Pitoni
terhadap para ular, bahkan ia tak segan-segan untuk menghukum mereka.
Suatu ketika
Pitoni diserang penyakit, seluruh badan Pitoni gatal-gatal. Selain sombong, Pitoni juga jarang mandi, sehinga penyakit gampang hinggap di tubuhnya. Pitoni pun mengumpulkan para ular untuk
dapat membantunya.
“Siapa saja
yang dapat menyembuhkan penyakitku, maka aku akan menjadikan ia sebagai
pengawalku.” Ucap Pitoni pada sekumpulan ular tersebut. Setelah itu, para
ularpun berpencar untuk mencari obat agar dapat menjadi pengawal Pitoni.
Seminggu
sudah para ular mencari dan mencoba untuk menyembuhkan Pitoni, namun sayang,
tak satupun dari mereka dapat menyembuhkan Pitoni. Alhasil, Pitoni pun
dirundung duka, ia semakin kejam menyiksa dan menghukum para ular
yang tidak berhasil menyembuhkannya.
“Raja,
bolehkah aku mencoba menyembuhkanmu?” Terdengar suara dari kerumunan para ular.
“Siapa kau?”
Ucap Pitoni bertanya.
“Aku adalah
Sancana, aku dapat menyembuhkan penyakit Raja hanya dalam satu jam.” Pitoni pun
merasa girang karena sakitnya akan sembuh.
“Boleh, silakan.
Namun jika kau tidak berhasil, maka aku akan menghukummu.” Gertak
Pitoni pada Sancana.
“Tapi Raja,
ada syaratnya, Raja harus menuruti segala perintahku agar Raja bisa sembuh
dengan cepat.” Karena badan Pitoni semakin gatal, akhirnya Pitoni menyanggupi
syarat itu.
Keesokan harinya semua ular
telah berkumpul untuk menyaksikan Sancana menyembuhkan Pitoni dari sakitnya.
Sebagian ada yang merasa iba dengan nasib Sancana jika tak berhasil menyembuhkan
Pitoni.
“Raja, tadi
malam aku sudah membacakan mantra di telaga ini, maka masuklah Raja ke dalam
telaga ini agar gatal-gatal yang ada di tubuh Raja akan segera hilang.” Tanpa
basa-basi, Pitoni segera berenang menyusuri telaga
itu.
Ketika
Pitoni sedang asyik berenang, Sancana diam-diam mengambil mahkota Pitoni dan
membawanya lari. Pitoni tidak menyadarinya karena sedang asyik berendam di
dalam telaga. Pitoni
tidak merasakan gatal-gatal lagi karena sesunggnya gatal-gatal itu berasal dari
kuman-kuman yang menempel di tubuhnya karena Pitoni jarang mandi.
“Wahai
teman-teman sekalian, mari kita ambil bisa beracun yang ada di mahkota ini, agar kita tidak
lagi dizalimi oleh Pitoni.” Sancana mengawali mengambil bisa beracun itu,
dan menyusul seluruh ular mengambil bisa beracun di mahkota Pitoni. Sampai akhirnya, bisa beracun yang ada di mahkota itu pun habis semuanya.
Seketika itu Pitoni sadar dan menyesali perbuatannya, sungguh ia telah ditipu
oleh Sancana. Pitoni pun tidak lagi sombong, karena ia tidak memiliki bisa beracun lagi, ia pun pergi meninggalkan para ular
karena merasa malu.
Ketika semua
ular sudah pergi, nampak seekor ulat bulu berguling-guling di atas bekas bisa
yang ada di mahkota Pitoni tadi, dia adalah Bulurupa. Karena jalannya lamban,
maka ulat bulu itu hanya mendapat sisa-sisa bisa yang menempel di bulu-bulunya.
Begitulah
akhir dari sebuah kesombongan dan kezaliman Pitoni, karena sifat itu
membuat Pitoni menjadi rugi dan dibenci oleh teman-temannya.
Komentar